Jumat, 03 Agustus 2012

Refleksi Pertemuan Ke-3 Filsafat Ilmu

(Senin, 30 Juli 2012 pukul 07.30 – 09.10)


ADAB FILSAFAT

Pada hari Senin, 30 Juli 2012 perkuliahan Filsafat Ilmu dimulai pukul 07.30 WIB, hari itu saya terlambat 3 menit sampai di ruang perkuliahan. Seperti biasa sebelum mulai perkuliahan diawali dengan berdo’a terlebih dahulu. Perkuliahan pada pertemuan ini agak sedikit berbeda karena ada 2 orang mahasiswi S1 pendidikan matematika mengikuti perkuliahan Filsafat Ilmu. Materi pada pertemuan ke-3 ini merefleksikan hasil refleksi kuliah pertemuan ke-2, tanya jawab.

Hidup itu dalam rangka ber sirotol mustakim, kalau kita jabarkan di dalamnya (di dunia) ternyata hidup dari jauh terlihat lurus tetapi tenyata berkelok-kelok, berputar-putar. Hidup itu sebuah garis lurus dan spiral, karena mempunyai tak hingga aspek.

Adab berikutnya adalah panyakit filsafat. Penyakit filsafat antara lain parsial, tidak komprehensif, terputus, tidak ada penjelasan, salah paham dalam arti sedalam-dalamnya seluas-luasnya (hati, pikiran , badan), hidup yang linear, monoton, homogen, dan lainnya). Kesimpulannya hidup itu kontradiksi. Agar kita terbebas dari penyakit filsafat kita harus sopan terhadap ruang dan waktu, karena sopan santun itu adalah ilmunya.
Filsafat itu adalah refleksi diri, sampai akhir kita akan berbicara adab karena filsafat itu tidak lain tidak bukan adalah adab.

Kesimpulan tanya jawab :
1.      Filsafat dalam kacamata Islam, bahwa yang tertinggi adalah spiritualism.
2.   Tidak ada cara untuk memahami filsafat secara komprehensif, tetapi cara yang efektif adalah kontradiktif menerjemahkan dan diterjemahkan, artinya berfilsafat dalam rangka untuk membangun hidup.
3. Memahami diri kita secara utuh antara hati dan pikiran dengan cara hermeneutika/menerjemahkan dan diterjemahkan
4.  Filsafat yang beraturan dan tidak beraturan? Filsafat itu memahami aturan, tidak teratur karena keterbatasan manusia. Menurut Immanuael Kant ada 2 aturan di dunia ini yaitu identitas dan kontradiksi.
5.  Manusia begitu sulit untuk melihat dirinya karena ego. Ego itu satu sifat, sifat pada diri manusia itu unlimited (tak terbatas). Untuk menghilangkan sifat ego dan meningkatkan kemampuan untuk melihat dirinya dapat dilatih dengan melakukan refleksi.
 6.      Dosa pertama dan dosa terbesar itu sombong.

Kreatif dalam berfilsafat, hati-hati bagi orang-orang yang belum purna belajar berfilsafat jangan sembarang di omong. Ada semacam yang menggoda, pertanyaannya:
(MARI BERISTIGFAR TERLEBIH DAHULU, MUDAH-MUDAHAN ALLAH SWT MENGAMPUNI KITA)
Bisakah tuhan menciptakan batu yang sangat besar sehingga dia sendiri tidak mampu mengangkatnya?
Jawabannya, menjawab bisa itu tidak penting dan menjawab tidak bisa juga tidak penting, yang penting adalah penjelasannya, itulah filsafat. (Sama seperti pertanyaan ayam dengan telur duluan mana).

7.      Bagaimana kita mempelajari filsafat dulu atau ilmu dulu? Jadi belajar filsafat itu adalah bisa berangkat dari mana saja, kapan saja, oleh siapa saja dan dimulai dari apa saja.
8.   Filsafat sebagai ilmu itu adalah caranya, filsafat dalam arti untuk diri sendiri itu adalah hakikinya. Kita setiap hari itu filsafat itu hakikinya, artinya orang tidak mengaku berfilsafat  sebetulnya itu berfilsafat. Kita tidak sadar pun berfilsafat. Filsafat itu meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Ilmunya itu adalah metodenya.
9.      Manfaat filsafat ilmu dalam pendidikan matematika adalah merefleksikan apa yang ada dan yang mungkin ada di dalam pendidikkan matematika. Yang merefleksikan adalah guru.
10.    Kebenaran matematika dilihat dari sudut filsafat adalah matematika sendiri itu filsafat.
11. Kontradiksi di dalam filsafat berbeda dengan kontradiksi dalam matematika, karena matematika yang     penting konsisten, maka kontradiksi dalam marematika adalah tidak konsisten. Sedangkan dalam filsafat kontradiksi itu adalah selain hukum identitas.
12.  Tarekoh itu metode/epistemologi cara mendekatkan diri kepada Allah SWT.
13.  Istilah-istilah filsafat dalam elegi dapat di pahami setelah membaca elegi-elegi yang lain.
14.  Ketika mempelajari filsafat pastilah kita mengalami kebingungan, pada hal filsafat itu adalah diri kita sendiri oleh karena itu berarti kita bingung terhadap diri kita sendiri? Yang baik adalah bersyukur bahwa kita bingung, karena bingung di dalam pikiran itu adalah ilmu. Tapi jangan sekali-kali kita bingung di dalam hati, karena sebuah kebingungan di dalam hati adalah seekor setan.
15. Seseorang dikatakan berhasil mempelajari filsafat kalau dia telah mampu membangun dunia.
16.  Banyaknya aliran filsafat sejumlah orang yang memikirkannya.
17.  Setinggi-tingginya orang berfilsafat sekedar hanya untuk menjadi saksi.
18.  Sejarah filsafat berkembang di yunani, setelah berkembang di yunani filsafat masuk era jaman gelap yaitu dimana agama gereja menguasai kebenaran, kemudian ada perang salib sehingga dokumen-dokumen filsafat jaman yunani yang ada di eropa itu musnah kemudian di selamatkan oleh orang-orang islam. Kemudian pada perang berikutnya orang islam yang kalah diambil dokumen-dokumen itu. Dokumen yang di ambil itu dipakai untuk menyelamatkan filsafat dari jaman gelap. Jadi orang islam berjasa menyelamatkan dokumen filsafat yunani, maka di munculkan kembali filsafat yunani. Muncul tokoh-tokoh filsuf islam yaitu Ibnu Sina, Imam Ghozali dan lain-lain yang di payungi spiritual islam.

Perkuliahan diakhiri dengan beristigfar dan berdo’a.

Pertanyaan :
1. Mengapa dalam pembahasan filsafat sering menggunakan istilah-istilah identitas, kontradiksi, tesis, anti tesis? Apakah memang harus seperti itu?
2.      Bagaimana cara mengetahui bahwa kita tidak sedang terkena penyakit filsafat?
3.      Sopan santun dalam berfilsafat itu seperti apa?
4.    Pada pembahasan sebelumnya “Orang-orang yang belum purna belajar berfilsafat jangan sembarang di omong”.
Apakah dalam mempelajari filsafat ada tingkatan-tingkatannya sehingga tidak semua orang bisa ngomong (berfilsafat)?
5.      Sejarah filsafat dari jaman gelap itu seperti apa?