Filsafat sebagai hasil
pemikiran para filosof dari zaman ke zaman memiliki corak dan ciri yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh latar belakang zaman dan pandangan hidup para filosof, serta tempat di mana para filosof bertempat tinggal juga ikut mewarnai pemikirannya. Selain itu, perbedaan pendekatan yang dipakai oleh para filosof, walaupun untuk objek permasalahannya sama. Karena perbedaan dalam pendekatannya, maka kesimpulan yang dihasilkan menjadi berbeda bahkan tidak sedikit yang
saling bertentangan.
Perkembangan pemikiran filsafat melahirkan berbagai macam pandangan atau aliran, karena pemikiran filsafat
yang tidak pernah berhenti (menterjemahkan dan diterjemahkan). Pemikiran
filsafat ini telah berhasil mengubah
pola pikir bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris menjadi
logosentris.
Untuk mengetahui
perkembangan pemikiran dunia filsafat, di bawah ini akan diuraikan
aliran-aliran filsafat.
A.
Aliran-aliran Metafisika
1.
Aliran Kuantitas (Jumlah)
a.
Aliran Monisme
Monisme adalah aliran yang mengemukakan unsur
pokok segala yang ada ini adalah esa, satu. Unsur pokok ini bisa
berupa materi, pikiran, Allah, energi dan lain-lain. Bagi kaum
materialis unsur itu adalah materi, sedang bagi kaum idealis unsur itu roh atau ide. Orang yang
mula-mula menggunakan terminologi monisme adalah Christian Wolff. Dalam aliran
ini tidak dibedakan antara pikiran dan zat. Mereka hanya berbeda dalam gejala
disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai subtansi yang sama. Ibarat zat
dan energi dalam teori relativitas Enstein, energi hanya merupakan bentuk lain dari zat. Atau dengan
kata lain bahwa aliran monisme menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan yang
fundamental
(Menurut Thales
: air, menurut Anaximandros : apeiron, dan menurut Anaximenes : udara).
b.
Aliran Dualisme
Dualisme adalah aliran yang menyatakan
realitas itu terdiri dari dua substansi yang berlainan dan bertolak belakang. Masing-masing substansi bersifat unik
dan tidak dapat direduksi, misalnya substansi adi kodrati dengan kodrati, Tuhan
dengan alam semesta, roh dengan materi, jiwa dengan badan dan lain-lain. Ada pula yang mengatakan bahwa dualisme adalah ajaran
yang menggabungkan antara idealisme dan materialisme, dengan
mengatakan bahwa alam wujud ini terdiri dari dua hakikat sebagai sumber yaitu
hakikat materi dan ruhani. Dapat dikatakan pula bahwa dualisme adalah paham yang
memiliki ajaran bahwa segala sesuatu yang ada, bersumber dari dua hakikat atau
substansi yang berdiri sendiri-sendiri. (Menurut Plato : bahwa dunia lahir adalah dunia pengalaman yang selalu
berubah-ubah dan berwarna-warni. Semua itu adalah bayangan dari dunia idea.
Sebagai bayangan, hakikatnya hanya tiruan dari yang asli yaitu idea. Menurut Rene Descartes,
mengatakan bahwa pembeda antara dua substansi yaitu substansi pikiran dan
substansi luasan (badan)
(cogito ergo sum = saya berpikir
maka saya ada), menurut Leibniz : yang membedakan
antara dunia yang sesungguhnya dan dunia yang mungkin, menurut Thomas Hyde,
yang mengungkapkan bahwa antara zat dan kesadaran (pikiran) yang berbeda secara
subtantif, dan
menurut Immanuel Kant : yang membedakan antara dunia gejala (fenomena) dan dunia
hakiki (noumena)).
c.
Aliran Pluralisme
Pluralisme adalah aliran yang berpendapat unsur
pokok hakikat kenyataan ini adalah banyak artinya bahwa realitas
tidak terdiri dari satu substansi atau dua substansi tetapi banyak substansi
yang bersifat independen satu sama lain. Sebagai konsekuensinya
alam semesta pada dasarnya tidak memiliki kesatuan, kontinuitas, harmonis dan
tatanan yang koheren, rasional, fundamental. Didalamnya hanya terdapat berbagai jenis
tingkatan dan dimensi yang tidak dapat diredusir. Pandangan demikian mencangkup
puluhan teori, beberapa diantaranya teori para filosuf yunani kuno yang
menganggap kenyataan terdiri dari udara, tanah, api dan air. Dari pemahaman di atas
dapat dikemukakan bahwa aliran ini tidak mengakui adanya satu substansi atau
dua substansi melainkan banyak substansi, karena menurutnya manusia tidak hanya
terdiri dari jasmani dan rohani tetapi juga tersusun dari api, tanah dan udara
yang merupakan unsur substansial dari segala wujud. (Menurut
Empedokles : yang menyatakan hakikat kenyataan terdiri dari empat
unsur yaitu udara, api,
air, dan tanah)
2.
Aliran Kualitas (Sifat)
a.
Aliran Tetap
1)
Aliran Spiritualisme
Aliran Spiritualisme adalah aliran yang menyatakan bahwa kenyataan yang
terdalam adalah roh ( pneuma, nous, reason, logos ) yaitu roh yang mengisi dan
mendasari seluruh alam. Spiritualisme kadang-kadang dikenakan pada pandangan
idealistic yang menyatakan adanya roh mutlak. Dunia indera dalam pengertian ini
dipandang sebagai dunia idea. Spiritualisme dipakai dalam istilah keagamaan
untuk menekankan pengaruh langsung dari roh suci dalam bidang agama. Spiritualisme
berarti kepercayaan bahwa roh-roh orang mati berkomunikasi dengan orang yamg
masih hidup melalui orang-orang tertentu.
2)
Aliran Materialisme
Materialisme merupakan aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain
materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu. Faham materialisme ini
tidak memerlukan dalil-dalil yang muluk-muluk dan abstrak, juga teorinya jelas
berpegang pada kenyataan-kenyataan yang jelas dan mudah dimengerti. Pada abad pertama masehi aliran materialisme tidak mendapat
tanggapan yang serius, bahkan pada abad pertengahan, orang menganggap asing
terhadap aliran materialisme ini. Baru pada jaman Aufklarung (pencerahan),
Materialisme mendapat tanggapan dan penganut yang penting di Eropah Barat. Pada
abad ke-19 pertengahan, aliran Materialisme tumbuh subur di Barat. Faktor yang
menyebabkannya adalah bahwa orang merasa dengan aliran materialisme mempunyai
harapan-harapan yang besar atas hasil-hasil ilmu pengetahuan alam. Selain itu,
faham materialisme ini praktis tidak memerlukan dalil-dalil yang muluk-muluk
dan abstrak, juga teorinya jelas berpegang pada kenyataan-kenyataan yang jelas
dan mudah dimengerti.
Kemajuan
aliran ini mendapat tantangan yang keras dan hebat dari kaum agama dimana-mana.
Hal ini disebabkan bahwa aliran materialisme ini pada abad ke-19 tidak mengakui
adanya Tuhan (atheis) yang sudah diyakini mengatur budi masyarakat. Pada masa ini,
kritik pun muncul di kalangan ulama-ulama barat yang menentang materialisme.
Adapun kritik yang dilontarkan adalah sebagai berikut :
a)
Materialisme
menyatakan bahwa alam wujud ini terjadi dengan sendirinya dari khaos (kacau
balau). Padahal kata Hegel. kacau balau yang mengatur bukan lagi kacau balau
namanya.
b)
Materialisme
menerangkan bahwa segala peristiwa diatur oleh hukum alam. padahal pada
hakekatnya hukum alam ini adalah perbuatan rohani juga.
c)
Materialisme
mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan pada asal benda itu sendiri.
padahal dalil itu menunjukkan adanya sumber dari luar alam itu sendiri yaitu
Tuhan.
d)
Materialisme
tidak sanggup menerangkan suatu kejadian rohani yang paling mendasar sekalipun.
Tokoh-tokoh
aliran materialisme adalah Anaximenes, Anaximandros, Thales, Demokritos, Thomas
Hobbes, Lamettrie. Feuerbach, H. Spencer (1820 -1903). Karl Marx.
b.
Aliran Kejadian
1)
Aliran Mekanisme
Mekanisme adalah aliran yang berkeyakinan,
bahwa kejadian di dunia ini berlaku dengan sendirinya menurut hukum sebab
akibat.
2)
Aliran Teleologi
Teleologi adalah aliran yang berkeyakinan,
bahwa kejadian yang satu berhubungan dengan kejadian yang lain, bukan oleh
hukum sebab akibat, melainkan semata-mata oleh tujuan yang sama.
3)
Aliran Determinisme
Determinisme adalah aliran yang mengajarkan
bahwa kemauan manusia itu tidak merdeka dalam mengambil keputusan-keputusan
yang penting, tetapi sudah terpasti lebih dahulu.
4)
Indeterminisme
Indeterminisme adalah aliran yang berpendapat
bahwa manusia itu bebas dalam arti yang seluas-luasnya.
B.
Aliran-aliran Etika
1.
Aliran Etika Naturalisme
Etika Naturalisme merupakan aliran yang beranggapan bahwa kebahagian manusia itu
didapatkan dengan menurutkan panggilan natura (fitrah) kejadian manusia
sendiri. Perbuatan
yang baik menurut aliran ini ialah perbuatan yang sesuai dengan fitrah manusia.
Misalnya setiap bayi lahir dalam keadaan suci dan dianugerahi dengan potensi
insaniyah yang dapat berkembang secara alamiah. Karena itu, pendidikan pada
dasarnya sekedar merupakan suatu proses pemberian kemudahan agar anak
berkembang sesuai dengan kodrat alamiahnya.
Aliran ini menilai baik dan tidaknya perbuatan seseorang dilihat
dari adanya kesesuaian dengan naluri manusia, baik naluri lahir maupun naluri
batin sebagai titik tolak kebahagiaan. Paham ini didukung oleh Prodicus,
Galileo, Grotius, Voltaire, dll.
2.
Aliran Etika Hedonisme
Etika Hedonisme adalah aliran yang berpendapat
bahwa perbuatan susila itu adalah perbuatan yang menimbulkan hedone (kenikmatan
dan kelezatan).
3.
Aliran Etika Utilitarianisme
Etika Utilitarianisme adalah aliran yang
menilai baik dan buruknya perbuatan manusia itu ditinjau dari kecil dan
besarnya manfaatnya bagi manusia (utility = manfaat).
4.
Aliran Etika Idealisme
Etika Idealisme adalah aliran yang berpendirian
bahwa perbuatan manusia janganlah terikat pada sebab musabab lahir, tetapi
haruslah berdasarkan pada prinsip kerohanian (idea) yang lebih tinggi.
5.
Aliran Etika Vitalisme
Etika Vitalisme adalah aliran yang menilai baik
buruknya perbuatan manusia itu sebagai ukuran ada tidaknya daya hidup (vital)
yang maksimum mengendalikan perbuatan itu.
6.
Aliran Etika Theologis
Aliran Etika Theologis adalah aliran yang
berkeyakinan bahwa ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia ini dinilai
dengan sesuai dan tidak sesuainya dengan peintah Tuhan (Theos = Tuhan).
C.
Aliran-aliran Teori Pengetahuan
1.
Aliran yang mengemukakan asal atau sumber
pengetahuan, termasuk kedalamnya :
a.
Rasionalisme
Rasionalisme
merupakan aliran filsafat yang berpandangan bahwa rasio, pikiran, dan jiwa
manusia adalah sumber dari segala pengetahuan. Dalam rasio, pikiran, dan jiwa manusia terdapat ide-ide dan
dengan itu manusia dapat membangun suatu ilmu pengetahuan tanpa menghiraukan
realitas di luar rasio. Dengan demikian, kriteria kebenaran berbasis pada
intelektualitas dan strategi pengembangan ilmu model rasionalisme adalah
mengeksplorasi gagasan dengan kemampuan intelektual manusia. Akal yang menjadi
dasar keilmuan. Bapak aliran ini adalah Rene Descartes. Tokoh-tokoh rasionalisme
diantaranya adalah Leibniz dan Spinoza. Benih rasionalisme sebenarnya sudah
ditanam sejak jaman Yunani kuno. Salah satu tokohnya, Socrates, mengajukan
sebuah proposisi yang terkenal bahwa sebelum manusia memahami dunia ia harus
memahami dirinya sendiri. Kunci untuk memahami dirinya itu adalah kekuatan
rasio.
Sumbangan
rasionalisme tampak nyata dalam membangun ilmu pengetahuan modern yang
didasarkan pada kekuatan pikiran atau rasio manusia. Hasil-hasil teknologi era
industri dan era informasi tidak dapat dilepaskan dari andil rasionalisme untuk
mendorong manusia menggunakan akal pikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
untuk kesejahteraan manusia.
b.
Empirisme
Empirisme
merupakan aliran yang mengatakan, bahwa pengetahuan manusia itu berasal dari
pengalaman manusia, dari dunia luar yang ditangkap pancainderanya. Misalnya
manusia tahu es dingin karena ia menyentuhnya, gula manis karena ia
mencicipinya. Tokoh-tokoh
empirisme para ilmuwan berkebangsaan Inggris John Locke, George Berkeley dan
David Hume. David Hume adalah pendiri utama aliran empirisme dan John
Locke, bapak aliran empirisme pada zaman modern yang mengemukakan teori tabula
rusa yang secara bahasa berarti meja lilin. Maksudnya adalah bahwa manusia itu
pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang
kosong itu, lantas ia memiliki pengetahuan.
Sumbangan
utama dari aliran empirisme adalah lahirnya ilmu pengetahuan modern dan
penerapan metode ilmiah untuk membangun pengetahuan. Selain itu, tradisi
empirisme adalah fundamen yang mengawali mata rantai evolusi ilmu pengetahuan
sosial, terutama dalam konteks perdebatan apakah ilmu pengtahuan sosial itu
berbeda dengan ilmu alam. Sejak saat itu, empirisme menempati tempat yang
terhormat dalam metodologi ilmu pengetahuan sosial. Acapkali empirisme
diparalelkan dengan tradisi positivisme. Namun demikian keduanya mewakili
pemikiran filsafat ilmu yang berbeda.
c.
Kritisisme (Transendentalisme)
Kritisisme
merupakan aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu berasal, baik
dari dunia luar, maupun dari jiwa atau pikiran manusia. Kritisisme merupakan aliran yang mengkritik terhadap aliran
Rasionalisme dan aliran Empirisme. Aliran kritisisme menyelidiki batas-batas kemampuan rasio
sebagai sumber pengetahuan manusia. Oleh karena itu, kritisisme sangat berbeda
konsepnya dengan rasionalisme yang mempercayai kemampuan rasio secara mutlak.
Tokohnnya adalah Immanuel Kant,
yang mana pemikirannya yakni menggabungkan dua ajaran yang saling bertentangan
yakni Rasionalisme Jerman dengan Empirisme Inggris. Pada abad 17 cenderung
menganggap sumber pengetahuan salah satunya atau memberi tekanan pada akal
(rasio) atau hanya melalui pengalaman (empiris) saja, sesuai dengan paham yang
mereka anut. Immanuel Kant membedakan pengetahuan ke dalam empat golongan yaitu
: yang analitis a priori, yang sintetis a priori, yang analitis a posteriori,
dan yang sintetis a posteriori.
2.
Aliran yang mengemukakan hakikat pengetahuan
manusia, termasuk kedalamnya :
a.
Realisme
Realisme merupakan aliran yang berpendirian
bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambar yang baik dan tepat daripada
kebenaran, dalam pengetahuan yang baik tergambarkan kebenaran seperti
sesungguhnya ada. Realisme
berpandangan bahwa kenyataan tidaklah terbatas pada pengalaman inderawi ataupun
gagasan yang tebangun dari dalam. Dengan demikian realisme dapat dikatakan
sebagai bentuk penolakan terhadap gagasan ekstrim idealisme dan empirisme.
Dalam membangun ilmu pengetahuan, realisme memberikan teori dengan metode
induksi empiris.
Gagasan utama dari realisme dalam konteks pemerolehan
pengetahuan adalah bahwa pengetahuan didapatkan dari dua hal, yaitu observasi
dan pengembangan pemikiran baru dari observasi yang dilakukan. Dalam konteks
ini, ilmuwan dapat saja menganalisa kategori fenomena-fenomena yang secara
teoritis eksis walaupun tidak dapat diobservasi secara langsung. Ide-ide kaum
realis seperti ini sangatlah kontributif pada abad 19 dalam menjembatani antara
ilmu alam dan humaniora, terutama dalam konteks perdebatan antara klaim-klaim
kebenaran dan metodologi yang disebut sebagai ‘methodenstreit’ (Calhoun,
2002). Kontribusi lain dari tradisi realisme adalah sumbangannya terhadap
filsafat kontemporer ilmu pengetahuan, terutama melalui karya Roy Bashkar, dalam
memberikan argument-argument terhadap status ilmu pengetahuan spekulatif yang
diklaim oleh tradisi empirisme.
b.
Idealisme
Idealisme
merupakan aliran yang
menganggap bahwa realitas ini terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal
(mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material dan kekuatan. Tradisi
pemikiran filsafat aliran idealisme berpandangan bahwa doktrin tentang realitas
eksternal tidak dapat dipahami secara terpisah dari kesadaran manusia. Dengan
kata lain kategori dan gagasan eksis di dalam ruang kesadaran manusia terlebih
dahulu sebelum adanya pengalaman-pengalaman inderawi. Pandangan Plato bahwa
semua konsep eksis terpisah dari entitas materinya dapat dikatakan sebagai
sumber dari pandangan idealism radikal. Karya dan pandangan Plato memberikan garis
demarkasi yang jelas antara pikiran-pikiran idealis dengan pandangan
materialis. Aritoteles menjadi orang yang memberikan tantangan pemikiran bagi
gagasan-gagasan idealis Plato. Aristoteles mendasarkan pemikiran filsafatnya
berdasarkan materi dan fisik.
Sumbangan
idealisme terhadap ilmu pengetahuan modern sangatlah jelas. Ilmu pengetahuan
modern diniscayakan oleh kohesi antara bukti-bukti empiris dan formasi teori.
Kaum materialis mendasarkan pemikirannya pada bukti-bukti empiris sedangkan
kaum idealis pada formasi teori. Sebagai sebuah tradisi filosofi, idealisme tak
bisa dipisahkan dengan gerakan Pencerahan dan filsafat Pasca Pencerahan Jerman.
Salah satu tokoh pemikir idealis yang tersohor adalah Immanuel Kant. Melalui
bukunya “Critique of pure reason” yang diterbitakan tahun 1781, Kant menentang
pendapat tradisi tokoh empiris seperti David Hume dan lain-lainnya. Gagasan
Kant yang terkenal adalah ‘idealisme transedental’.
D.
Aliran-aliran Filsafat lainnya
1.
Positivisme
Positivisme berasal dari kata “positif”, yang artinya dengan
faktual, yaitu apa yang berdasarkan fakta-fakta, menyelidiki fakta-fakta dan
hubungan yang terdapat antara fakta-fakta. Pengetahuan tidak boleh melebihi
fakta. Positivisme hanya, mengandalkan fakta-fakta belaka bukan berdasarkan
pengalaman, seperti empirisme. Tokoh aliran ini adalah August Compte, ia
berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi
harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat oleh eksperimen. Eksperimen
memerlukan ukuran-ukuran yang jelas. Kebenaran diperoleh diperoleh dengan akal,
didukung bukti empiris yang terstruktur. Terukur itulah sumbangan positivisme.
Jadi pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang khas berdiri sendiri,
tetapi hanya menyempurnakan empirisme dan rasionalisme.
Tokoh-tokoh yang paling berpengaruh dalam mengembangkan taliran
positivisme adalah Thomas Kuhn, Paul K. Fyerabend, W.V.O. Quine, and filosof
lainnya. Pikiran-pikiran para tokoh ini membuka jalan bagi penggunaan berbagai
metodologi dalam membangun pengetahuan dari mulai studi etnografi sampai
penggunaan analisa statistik.
2.
Pragmatisme
Pragmatisme
merupakan aliran yang beranggapan bahwa benar dan
tidaknya suatu ucapan, dalil atau teori semata-mata bergantung kepada berfaedah
dan tidaknya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak
dalam kehidupannya. Dengan kata lain Pragmatisme tidak menanyakan "apakah
itu?", melainkan "apakah gunanya itu?" atau "untuk apakah
itu?". Yang dipersoalkan bukan "benar atau salah", karena ide
menjadi benar oleh tindakan tertentu. Penganut pragmatisme menaruh perhatian
pada praktik.
Tradisi pragmatisme muncul atas reaksi
terhadap tradisi idealis yang dominan yang menganggap kebenaran sebagai entitas
yang abstrak, sistematis dan refleksi dari realitas. Pragmatisme memandang hidup manusia
sebagai suatu perjuangan untuk hidup yang berlangsung terus menerus yang di
dalamnya hal terpenting adalah konsekuensi-konsekuensi yang bersifat praktis
yang erat hubungannya dengan makna dan kebenaran. Pragmatisme berargumentasi bahwa
filsafat ilmu haruslah meninggalkan ilmu pengetahuan transendental dan
menggantinya dengan aktifitas manusia sebagai sumber pengetahuan. Bagi para
penganut aliran pragmatisme, ilmu pengetahuan dan kebenaran adalah sebuah
perjalanan dan bukan merupakan tujuan. Tokoh aliran ini adalah C.S Peirce, William James, John
Dewey, George Herbert Mead, F.C.S Schiller dan Richard Rorty. Sumbangan dari
pragmatisme adalah dalam praktek demokrasi. Dalam area ini pragmatisme
memfokuskan pada kekuatan individu untuk meraih solusi kreatif terhadap masalah
yang dihadapi.
3.
Intusionalisme
Intusionalisme
merupakan suatu aliran yang menganggap bahwa intuisi (naluri/perasaan) adalah
sumber pengetahuan dan kebenaran. Intuisi termasuk salah satu kegiatan berfikir
yang tidak didasarkan pada penalaran dan tidak bercampur aduk dengan perasaan.
Dengan intuisi, manusia memperoleh pengetahuan secara tiba-tiba tanpa melalui
proses penalaran tertentu. Henry Bergson, misalnya menganggap intuisi merupakan
hasil evolusi pemikiran yang tertinggi, tetapi bersifat personal.
4.
Fenomenalisme
Fenomenalisme
merupakan aliran yang menganggap bahwa Fenomenalisme (gejala) adalah sumber
pengetahuan dan kebenaran. Seorang Fenomenalisme suka melihat gejala, berbeda
dengan seorang ahli ilmu positif yang mengumpulkan data, mencari korelasi dan
fungsi, serta membuat hukum-hukum dan teori. Fenomenalisme bergerak di bidang
yang pasti. Secara umum dapat dikatakan bahwa
fenomenologi adalah cara dan bentuk berpikir, atau apa yang disebut dengan ? the
styie of thingking?. Biasanya dikatakan bahwa dasar pikiran itu ialah
intensionalisme.
Menurut Edmund Husserl sebagai salah
satu tokoh filsafat fenomenologi bahwa, intention, kesengajaan mengarahkan
kesadaran dan reduksi. Edmund Husserl memang berbagi jenis reduksi ; reduksi
fenomenologis, editis, dunia dan kebudayaan menjadi lebenswelt, dan reduksi
transedental. Akan tetapi tokoh fenomenologi yang lain, seperti Martin
Heidegger dan Maurice Morleau Ponty menolak reduksi-reduksi itu. Ungkapan
fenomenologi adalah slogan gerakan dalam pemikiran filsafat dan penelitian
ilmiah. Walaupun di kalangan ilmuwan bisa saja terdapat banyak variasi antara
satu dengan lainnya, namun semuanya cukup representatif. Dalam hal tertentu,
fenomenologi adalah berkenaan dengan kesadaran di mana manusia mendapat dunia,
mendapatkan selain dirinya dan mendapatkan dirinya sendiri. Fenomenologi di
satu pihak adalah hubungan antara menusia dengan dunia, dan di pihak lain, ia
merupakan hubungan antara dirinya dengan dirinya sendiri. Dalam masalah
keagamaan, fenomenologi adalah cara untuk memahami hal ekspresi manusiawi terhadap
latar belakang hubungan yang fundamental. Sebagai suatu usaha pemikiran,
fenomenologi mencoba memahami manusia dalam kerangka filsafat antropologi.
Sebagai suatu usaha riset ilmiah, fenomenologi berusaha untuk
mengklarisifikasikan seluk-beluk kumpulan fenomena, termasuk fenomena
keagamaan. Dengan cara demikian, fenomenologi menentukan terhadap pengertian
mereka sendiri.
5.
Sekularisme
Sekularisme,
merupakan suatu proses pembebasan manusia dalam berpikirnya dan dalam berbagai
aspek kebudayaan dari segala yang bersifat keagamaan dan metafisika, sehingga
bersifat duniawi belaka. Sekularisme bertujuan memberi interpretasi atau
pengertian terhadap kehidupan manusia tanpa percaya kepada Tuhan, kitab suci
dan hari kemudian. Tokoh dalam
aliran ini adalah Jacob Holyoake.
Referensi :
Ahmad Tafsir. (2010). Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales
Sampai Capra. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Endang Saifuddin Anshari. (1987). Ilmu Filsafat dan Agama. Surabaya
: PT. Bina Ilmu.
Louis O. Kattsoff (Alih Bahasa : Soejono Soemargono). (2004).
Pengantar Filsafat. Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya.
Praja, Juhaya S. (2003). Aliran-Aliran
Filsafat dan Etika. Jakarta: Prenada Media.
Suwardi Endraswara. (2012). Filsafat Ilmu Konsep, Sejarah, dan
Pengembangan Metode Ilmiah. Yogyakarta : CAPS.