Refleksi Mata Kuliah Filsafat Ilmu Tanggal 17
September 2012,
Dosen
Pengampu : Dr. Marsigit, M.A
Berfilsafat secara
hidup banyak sekali esensialnya intinya hanya untuk memposisikan diri, dari
awal hingga akhir kita hanya berkutat tentang adab berfilsafat/ tata cara
berfilsafat dan menggali olah pikir filsafat sesuai konteksnya ruang dan waktu.
Ruang dan waktu setiap orang, setiap saat berbeda-beda, setiap orang tidak
pernah menempati ruang dan waktu yang sama sehingga setiap waktu itu adalah
kesempatan. Seberapa jauh kita memanfaatkan waktu sebagai suatu kesempatan.
Menggali olah pikir
berfilsafat secara profesional. Berfilsafat itu enteng saja, orang mencacimaki
filsafat karena itu kalau sudah ketemu prinsipnya, ketemu wadahnya isinya itu
apa saja enteng sekali. Saking entengnya maka bisa menjadi kosong. Berfilsafat
tidak hanya olah pikir orang biasa/ common sense tetapi berfilsafat itu profesional
artinya punya kesadaran terhadap multi dimensinya sebuah ide baik dimensi ke
atas, ke bawah, ke kiri, ke kanan. Kita dapat mencirikan/ mengkarakteristikkan
ini filsafat apa sebetulnya, kenakan saja pada obyeknya dan metodanya. Misalnya
filsafat politik obyeknya kekuasaan, metodenya bagaiman mereview tentang cara-cara
memperoleh kekuasaan. Tetapi filsafat metematika obyeknya matematika dan
metodenya bermacam-macam. Secara keseluruhan filsafat umum metodanya berlaku universal
yaitu disebut dengan hermeneutika/metoda hidup
oleh karena itu ada saat/kondisi keadaan yang kurang
disenangi/ kurang sehat. Filsafat matematika berkembang mulai dari Babilonia
dan Mesopotamia, karena di daerah ini ditemukan artefak-artefak yang
menunjukkan berapa lama, kaitannya dengan air dan tanah. Jejak-jejak pemikiran
manusia pertama menggunakan aspek-aspek hitung-menghitung geometri di lembah
sungai Trigris dan Effrat ada lempengan-lempengan tanah liat yang berisi
tulisan karakter-karakter bertahan sangat lama karena di keraskan dan di bakar.
Tulisan filsafat yang tertua berasal dari yunani, di zaman yunani sudah
memikirkan bagaimana mendirikan demokrasi, menegakkan demokrasi, negara yang
ideal sampai dengan peninggalan-peninggalannya ada.
Berpikir analogi untuk
melengkapi dunia pemikiran, maka setengah pemikiran itu adalah logika dan setengahnya
lagi adalah pengalaman. Kalau hanya matematika murni saja itu hanya setengah
hidup karena bersifat formal hanya mengejar supaya konsisten menghindar dari
kontradiksi. Membangun setinggi-tingginya matematika dengan prinsip bahwa
matematika tidak kontradiksi, kontradiksi menurut matematika adalah tidak,
tidak konsisten jadi harus konsisten. Jadi harus konsisten apa saja yang
didefinisikan dalam matematika. Matematika konsisten, matematika eksak, matematika
betul absolut ini baru separo dunia dengan demikian matematika adalah mitos.
Filsafat adalah
manajemen ruang dan waktu, jadi berfilsafat adalah omongan para orang tua. Penyakit
filsafat itu tidak peka terhadap ruang dan waktu yaitu kapan dan siapa. Membuat
elegi/kata-kata itu berjuang supaya filsafat itu sehat. Berfilsafat itu memperbincangkan
dari setiap yang ada dan yang mungkin ada. Sesuatu yang belum diketahui itu
mungkin, tetapi setelah mendengar berarti sudah ada dalam pikiran. Obyek
filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Filsafat selalu dalam harmoni,
satu dengan yang lain adalah merupakan tesis dan antitesis. Berfilsafat itu
tidak lain tidak bukan adalah sintesis, artinya menginteraksikan antara tesis
dan antitesis. Babilonia mesofotamia itu merupakan antitesis bagi orang-orang Mesir,
maka Mesir itu tesisnya dari orang Yunani, orang Yunani adalah antitesis dari
Mesir dan seterusnya.
Pusat budaya adalah
kerajaan yang mengajarkan mengenai tata cara hidup pencetus forma-forma melalui
tata cara . Raja tidak bisa hidup sendiri pasti ada patih, punggawa, sentono dan
sebagainya. Cerita-cerita di daerah keraton adalah mengenai kepahlawanan dan
kekuasaan. Perkembangan satu daerah dengan daerah lain berbeda-beda. Misalnya
wayang, di daerah Jogja, Tegal dan Solo
bisa berbeda. Dalam filsafat, hal yang satu dengan yang lain saling melengkapi.
Kebutuhan hidup manusia yang hakiki/primer adalah air dan makanan, maka dimana
ada air disitu ada kehidupan. Air yang tawar berarti sungai, maka dimana ada
sungai-sungai yang mengalir disitulah pusat kebudayaan/peradaban dengan segala
macam persoalan. Misalnya di lembah sungai Nil yang mengalir di sepanjang tujuh
negara seperti laut.
Kodrat manusia bisa mengidentifikasi
sesuatu yang ada di sekitara diri kita masing-masing. Misalnya anak kecil
mengidentifikasi apa saja yang ada disekitarnya, kesadaran keluar atau rasa
ingin tahu. Dalam filsafat harus memiliki kesadara keluar dan kedalam. Hanya
orang tua/ dewasa yang mampu melakukan kesadaran ke dalam. Orang Yunani menemukan
prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh orang-orang Mesir. Prinsip menghitung
segala sesuatu dengan mencoba-coba. Kemudian dibuat bentuk formal di jaman
Yunani kuno dalam artian, orang Mesir menemukan bahwa jika ada segitiga
siku-siku yang panjang sisi siku-sikunya diketahui maka dapat menghitung sisi
yang lain, Pythagoras yang membuktikannya. Pentingnya matematika dapat
diterapkan dalam berbagai dalam hal kehidupan. Matematika sangat dekat dengan
kehidupan kita. Hal ini sejalan dengan filsafat. Terjadi revolusi besar-besar
oleh Euclides berusaha membuat geometri dengan membuat buku 13 jilid yang
berjudul elemen atau unsu-unsur. Buku ini berlaku sampai berabad-abad yang
mendefinisikan titik, garis, sudut, bidang, ruang. Harapannya setelah
mengetahui titik bisa memahami garis dan seterusnya hingga bisa memahami ruang,
maka kubus diajarkan dibelakang. Secara psikologis itu sudah tidak benar karena
bertentangan dengan prinsip-prinsip kenal dari ilmu jiwa Gestalt. Menurut Gestalt bahwa pertama yang dikenal
adalah bentuk luarnya, jadi dalam hal ini adalah mengenal bentuk umum ke
khusus. Padahal Euclides mengajarkan dari bentuk khusus (komponen-komponen) ke bentuk
umum. Euclides membuat difinisi, teorema, aksioma, postulat sampai bertahan
berabad-abad, kemudian muncul pemikiran
baru yaitu geometri modern yang membantah postulat Euclides. Namun semua itu hanya benar pada ruang dan
waktu tertentu sesuai dimensinya. Sama halnya dengan semua peraturan yang kita
buat ada benar dan salahnya seperti undang-undang dasar, peraturan menteri hanya
benar bagi orang-orang yang sadar.
Berbagai usaha untuk
mengembangkan matematika muncul, yang disponsori oleh Hilbert. Hilbert berusaha
membangun matematika yang tunggal dan kokoh yang disebut matematika formal/
matematika aksiomatik. Sampai sekarang yang dipelajari di Perguruan Tinggi
adalah metematika Hilbert, yang penting matematika itu tidak kontradiksi atau tetap
konsisten. Kemudian ditemukan oleh Godel muridnya Hilbert, bahwa sebetulnya
punya kelemahan karya gurunya Hilbert itu. Godel mengatakan wahai Hilbert, jika
ingin membuat matematika yang tunggal itu tidak mungkin, itu hanya bisa dicapai
jika matematika itu tidak lengkap. Aspek filsafatnya satu sisi mathematism
berkembang tetapi satu sisi phylosopher mathematism juga ada.
Sumber persoalan
berfilsafat itu muncul dari obyeknya, obyeknya itu bisa di luar pikiran atau di
dalam pikiran. Hegemony orang matematika murni karena kuasanya, kuasa karena
berkontribuksi terhadap teknologi dan sebagainya dia menggunakan untuk
melegitimasikan untuk seakan-akan hanya itulah matematika yang ada. Matematika
yang ada di babilonia, mesofotamia dan mesir yang untuk anak-anak dieliminasi
dan di samakan dengan matematika Hilbert yang benar, itulah yang membuat bencana,
membuat susah dan traumah bagi anak-anak yang ingin belajar matematika.
Sumber ilmu/ pengetahuan
kalau berfilsafat itu siapa? Siapa yang berteori, siapa yang mengatakannya. Plato
mengatakan obyek itu ada dimana, dalam pikiran itulah sumber pengetahuan
lahirlah idealism, maka idealism, realism, rasioanilsm adalah sumber pengetahuan
dan bersifat ontologi. Ontologi juga ada yang namanya absolutsm, idealism dan realism
ontologi. Pertanyaan dalam berfilsafat itu ada dua yaitu kalau obyek ada di
luar pikiran pertanyaannya bagaimana kita memahaminya, sedangkan obyek ada di
dalam pikiran pertanyaannya bagaimana kita bisa menjelaskannya, hingga awal
sampai akhir begitulah berfilsafat.
Pertanyaan :
1. Sebenar-benarnya
manusia berpikir filsafat secara profesional itu seperti apa!
2. Maksud
dari filsafat adalah manajemen ruang dan waktu itu apa!
3. Bagaimana
cara membangkitkan kesadaran manusia dengan berfilsafat?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar