Minggu, 23 September 2012

MENGGALI OLAH PIKIR FILSAFAT

Refleksi Mata Kuliah Filsafat Ilmu Tanggal 17 September 2012,
Dosen Pengampu : Dr. Marsigit, M.A


Berfilsafat secara hidup banyak sekali esensialnya intinya hanya untuk memposisikan diri, dari awal hingga akhir kita hanya berkutat tentang adab berfilsafat/ tata cara berfilsafat dan menggali olah pikir filsafat sesuai konteksnya ruang dan waktu. Ruang dan waktu setiap orang, setiap saat berbeda-beda, setiap orang tidak pernah menempati ruang dan waktu yang sama sehingga setiap waktu itu adalah kesempatan. Seberapa jauh kita memanfaatkan waktu sebagai suatu kesempatan.
Menggali olah pikir berfilsafat secara profesional. Berfilsafat itu enteng saja, orang mencacimaki filsafat karena itu kalau sudah ketemu prinsipnya, ketemu wadahnya isinya itu apa saja enteng sekali. Saking entengnya maka bisa menjadi kosong. Berfilsafat tidak hanya olah pikir orang biasa/ common sense tetapi berfilsafat itu profesional artinya punya kesadaran terhadap multi dimensinya sebuah ide baik dimensi ke atas, ke bawah, ke kiri, ke kanan. Kita dapat mencirikan/ mengkarakteristikkan ini filsafat apa sebetulnya, kenakan saja pada obyeknya dan metodanya. Misalnya filsafat politik obyeknya kekuasaan, metodenya bagaiman mereview tentang cara-cara memperoleh kekuasaan. Tetapi filsafat metematika obyeknya matematika dan metodenya bermacam-macam. Secara keseluruhan filsafat umum metodanya berlaku universal yaitu disebut dengan hermeneutika/metoda hidup oleh karena itu ada saat/kondisi keadaan yang kurang disenangi/ kurang sehat. Filsafat matematika berkembang mulai dari Babilonia dan Mesopotamia, karena di daerah ini ditemukan artefak-artefak yang menunjukkan berapa lama, kaitannya dengan air dan tanah. Jejak-jejak pemikiran manusia pertama menggunakan aspek-aspek hitung-menghitung geometri di lembah sungai Trigris dan Effrat ada lempengan-lempengan tanah liat yang berisi tulisan karakter-karakter bertahan sangat lama karena di keraskan dan di bakar. Tulisan filsafat yang tertua berasal dari yunani, di zaman yunani sudah memikirkan bagaimana mendirikan demokrasi, menegakkan demokrasi, negara yang ideal sampai dengan peninggalan-peninggalannya ada.
Berpikir analogi untuk melengkapi dunia pemikiran, maka setengah pemikiran itu adalah logika dan setengahnya lagi adalah pengalaman. Kalau hanya matematika murni saja itu hanya setengah hidup karena bersifat formal hanya mengejar supaya konsisten menghindar dari kontradiksi. Membangun setinggi-tingginya matematika dengan prinsip bahwa matematika tidak kontradiksi, kontradiksi menurut matematika adalah tidak, tidak konsisten jadi harus konsisten. Jadi harus konsisten apa saja yang didefinisikan dalam matematika. Matematika konsisten, matematika eksak, matematika betul absolut ini baru separo dunia dengan demikian matematika adalah mitos.
Filsafat adalah manajemen ruang dan waktu, jadi berfilsafat adalah omongan para orang tua. Penyakit filsafat itu tidak peka terhadap ruang dan waktu yaitu kapan dan siapa. Membuat elegi/kata-kata itu berjuang supaya filsafat itu sehat. Berfilsafat itu memperbincangkan dari setiap yang ada dan yang mungkin ada. Sesuatu yang belum diketahui itu mungkin, tetapi setelah mendengar berarti sudah ada dalam pikiran. Obyek filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Filsafat selalu dalam harmoni, satu dengan yang lain adalah merupakan tesis dan antitesis. Berfilsafat itu tidak lain tidak bukan adalah sintesis, artinya menginteraksikan antara tesis dan antitesis. Babilonia mesofotamia itu merupakan antitesis bagi orang-orang Mesir, maka Mesir itu tesisnya dari orang Yunani, orang Yunani adalah antitesis dari Mesir dan seterusnya.
Pusat budaya adalah kerajaan yang mengajarkan mengenai tata cara hidup pencetus forma-forma melalui tata cara . Raja tidak bisa hidup sendiri pasti ada patih, punggawa, sentono dan sebagainya. Cerita-cerita di daerah keraton adalah mengenai kepahlawanan dan kekuasaan. Perkembangan satu daerah dengan daerah lain berbeda-beda. Misalnya wayang, di daerah Jogja,  Tegal dan Solo bisa berbeda. Dalam filsafat, hal yang satu dengan yang lain saling melengkapi. Kebutuhan hidup manusia yang hakiki/primer adalah air dan makanan, maka dimana ada air disitu ada kehidupan. Air yang tawar berarti sungai, maka dimana ada sungai-sungai yang mengalir disitulah pusat kebudayaan/peradaban dengan segala macam persoalan. Misalnya di lembah sungai Nil yang mengalir di sepanjang tujuh negara seperti laut.
Kodrat manusia bisa mengidentifikasi sesuatu yang ada di sekitara diri kita masing-masing. Misalnya anak kecil mengidentifikasi apa saja yang ada disekitarnya, kesadaran keluar atau rasa ingin tahu. Dalam filsafat harus memiliki kesadara keluar dan kedalam. Hanya orang tua/ dewasa yang mampu melakukan kesadaran ke dalam. Orang Yunani menemukan prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh orang-orang Mesir. Prinsip menghitung segala sesuatu dengan mencoba-coba. Kemudian dibuat bentuk formal di jaman Yunani kuno dalam artian, orang Mesir menemukan bahwa jika ada segitiga siku-siku yang panjang sisi siku-sikunya diketahui maka dapat menghitung sisi yang lain, Pythagoras yang membuktikannya. Pentingnya matematika dapat diterapkan dalam berbagai dalam hal kehidupan. Matematika sangat dekat dengan kehidupan kita. Hal ini sejalan dengan filsafat. Terjadi revolusi besar-besar oleh Euclides berusaha membuat geometri dengan membuat buku 13 jilid yang berjudul elemen atau unsu-unsur. Buku ini berlaku sampai berabad-abad yang mendefinisikan titik, garis, sudut, bidang, ruang. Harapannya setelah mengetahui titik bisa memahami garis dan seterusnya hingga bisa memahami ruang, maka kubus diajarkan dibelakang. Secara psikologis itu sudah tidak benar karena bertentangan dengan prinsip-prinsip kenal dari ilmu jiwa Gestalt.  Menurut Gestalt bahwa pertama yang dikenal adalah bentuk luarnya, jadi dalam hal ini adalah mengenal bentuk umum ke khusus. Padahal Euclides mengajarkan dari bentuk khusus (komponen-komponen) ke bentuk umum. Euclides membuat difinisi, teorema, aksioma, postulat sampai bertahan berabad-abad,  kemudian muncul pemikiran baru yaitu geometri modern yang membantah postulat Euclides.  Namun semua itu hanya benar pada ruang dan waktu tertentu sesuai dimensinya. Sama halnya dengan semua peraturan yang kita buat ada benar dan salahnya seperti undang-undang dasar, peraturan menteri hanya benar bagi orang-orang yang sadar.
Berbagai usaha untuk mengembangkan matematika muncul, yang disponsori oleh Hilbert. Hilbert berusaha membangun matematika yang tunggal dan kokoh yang disebut matematika formal/ matematika aksiomatik. Sampai sekarang yang dipelajari di Perguruan Tinggi adalah metematika Hilbert, yang penting matematika itu tidak kontradiksi atau tetap konsisten. Kemudian ditemukan oleh Godel muridnya Hilbert, bahwa sebetulnya punya kelemahan karya gurunya Hilbert itu. Godel mengatakan wahai Hilbert, jika ingin membuat matematika yang tunggal itu tidak mungkin, itu hanya bisa dicapai jika matematika itu tidak lengkap. Aspek filsafatnya satu sisi mathematism berkembang tetapi satu sisi phylosopher mathematism juga ada.
Sumber persoalan berfilsafat itu muncul dari obyeknya, obyeknya itu bisa di luar pikiran atau di dalam pikiran. Hegemony orang matematika murni karena kuasanya, kuasa karena berkontribuksi terhadap teknologi dan sebagainya dia menggunakan untuk melegitimasikan untuk seakan-akan hanya itulah matematika yang ada. Matematika yang ada di babilonia, mesofotamia dan mesir yang untuk anak-anak dieliminasi dan di samakan dengan matematika Hilbert yang benar, itulah yang membuat bencana, membuat susah dan traumah bagi anak-anak yang ingin belajar matematika.
Sumber ilmu/ pengetahuan kalau berfilsafat itu siapa? Siapa yang berteori, siapa yang mengatakannya. Plato mengatakan obyek itu ada dimana, dalam pikiran itulah sumber pengetahuan lahirlah idealism, maka idealism, realism, rasioanilsm adalah sumber pengetahuan dan bersifat ontologi. Ontologi juga ada yang namanya absolutsm, idealism dan realism ontologi. Pertanyaan dalam berfilsafat itu ada dua yaitu kalau obyek ada di luar pikiran pertanyaannya bagaimana kita memahaminya, sedangkan obyek ada di dalam pikiran pertanyaannya bagaimana kita bisa menjelaskannya, hingga awal sampai akhir begitulah berfilsafat.

Pertanyaan :
1.      Sebenar-benarnya manusia berpikir filsafat secara profesional itu seperti apa!
2.      Maksud dari filsafat adalah manajemen ruang dan waktu itu apa!
3.      Bagaimana cara membangkitkan kesadaran manusia dengan berfilsafat?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar